Berusahalah utk bersabar hingga datang saatnya untuk 'diselamatkan'...


Beberapa hari yang lewat diri bercengkerama dengan teman ketika msih kuliah di negeri mpek mpek. Cerita panjang lebar mulai dari kegiatan sehari-hari hingga perihal tentang istrinya. Cerita tentang pengalaman untuk menyempurnakan setengah dien. Pengalaman yang menurut diri mengandung banyak hikmah, serta pengalaman yang mungkin tidak semua orang bisa mampu menjalaninya. Saluuddd buat antum akh...

Beberapa point penting yang cukup menjadi bahan renungan bagi diri. Bahan renungan yang mungkin menurut diri bisa sebagai pemacu semangat untuk bisa lebih baik lagi, baik itu dalam hal ibadah, kesabaran, keistiqomahan,dan keikhlasan.

Hal yang mungkin bisa diri ungkap saat ini yang sampai ini menjadi pikiran yaitu mengenai istilah "diselamatkan atau menyelamatkan" yang diutarakan oleh teman diri tersebut. Awal cerita tentang istilah tersebut diri hanya mengganggap biasa saja, tetapi semakin lama dan semakin diri renungkan ternyata itu mengandung makna yang sangat dalam. Istilah teman diri tentang dia yang mencoba untuk menyelamatkan, padahal sejujurnya menurut dia, dia lah yang sebenarnya telah diselamatkan.

Pada dasarnya sebuah pencapaian tujuan itu lebih gampang menuju puncak daripada bertahan ketika kita telah berada di puncak. Ketika berada dipuncak pertahanan yang kokoh lebih dibutuhkan dari pada jalan menuju puncak itu sendiri. Pertahanan perlu ditambah, diperbaharui dan diupgrade lagi supaya setiap cobaan, hadangan, dan halangan yang datang akan mampu diredam.

Konteks utama nya suatu saat akan merasakan nikmat ibadah. Nikmat yang tentu saja akan sangat sulit diperoleh tanpa adanya usaha yang ikhlas untuk mengharap ridho ILLAHI. Ketika seseorang berada di puncak atau minimal berada pada tahap lebih baik dalam hal ibadah maka dibutuhkan suatu "garis aman" yang diharapkan mampu sebagai batas minimal baginya untuk mendapat nilai aman dalam hal ibadah. Seseorang yang sudah mendalami ilmu agama pada masa pendidikan yang notabene nya jarang dihadapi "problema" hidup. Nahh problem atau masalah hidup yang sebenarnya itu akan dirasakan ketika sang mahasiswa tersebut terjun ke dunia real, istilahnya dunia pekerjaan. Idealisme yang menjadi prinsip atau pemahaman diteori (perkuliahan) akan dipraktekkan di tempat kerja, apakah keadaan ketika masih berada di perkuliahan masih sama kah dengan ketika masuk dunia kerja.

Memang ada yang mampu bertahan dengan idealis yang tinggi, tapi tentu tidak sedikit juga yang terkikis sedikit demi sedikit. Dalam hal ibadah pun juga sedikit akan berkurang, yang biasa nya tiap habis shalat baca Quran sekarang disibukkan dengan rutinitas kerja. Keadaan di rumah juga bisa demikian, dari cerita teman diri tersebut juga disadarinya bahwa bersyukur bisa "diselamatkan" sebelum titik puncak itu semakin jatuh ke bawah.

Memang seseorang bisa mampu bertahan, tapi kesabaran dan kemampuan bertahan pada zaman sekarang ini sangatlah susah sekali. Godaan bagi seseorang yang sudah mapan dalam hal materi, baginya tidak lah begitu susah untuk mendapatkan apa yang diinginkan tanpa mementingkan akibatnya. Tapi bagi yang benar-benar ingin selamat hendaknya mencari "penyelamat" terutama dalam hal ibadah dan keistiqomahan dan Rasulullah pun berwasiat :

''Wahai para pemuda, jika salah seorang dari kalian mampu menikah, maka lakukanlah, sebab menikah itu baik bagi mata kalian dan melindungi yang paling pribadi (farj).'' (HR Bukhari dan Muslim). Hadis di atas mengisyaratkan untuk segera menikah bila lahir batin, fisik maupun mental, telah mampu.

Bahkan, Rasulullah SAW mempertegas, '
'Barangsiapa yang suka syariatku, maka hendaklah mengikuti sunahku. Dan bagian dari sunahku adalah menikah.'' (HR Baihaqi).

*Humm... Berusahalah utk bersabar hingga datang saatnya untuk 'diselamatkan'...
(dipenghujung Ramadhan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Kedua

Apa Pantas Berharap Syurga