Queue…, Please..!!!

Mengapa budaya antri menjadi hal yang “luar biasa” di negeri kita? Apa memang cerita tentang bangsa kita yang katanya ramah tamah dan berbudi luhur itu cuma isapan jempol belaka?
Berikut peristiwa menyebalkan yang kerap kali saya alami, antrian diserobot orang lain…!

(Cerita Satu) Kala itu bulan Ramadhan, ba’da ashar, saya dan suami sedang berbelanja di sebuah toko swalayan. Setelah semua barang yang saya cari telah masuk keranjang, saya bergegas ke kasir, antriannya tidak begitu panjang, seingat saya ada 4 atau 5 orang di depan saya. Ketika antrian tinggal satu orang lagi, tiba-tiba datang seorang ibu dari arah belakang, langsung menuju ke kasir dan berkata, “Dek, saya cuma beli ini, saya harus buru-buru nih, langsung dihitung ya!” perintahnya sambil menunjuk keranjang belanjanya yang berisi setengah lusin sirup dan sekantong plastik gula.

Kasir mempersilakan ibu itu untuk antri, tapi si ibu tetap ngotot, dia berujar lagi, “Kan cuma ini belanjaannya? Paling satu menit juga selesai dihitung?!” Kasir tetap menyuruh si ibu antri. Si ibu tetap tidak peduli, dia masih terus berusaha memaksa kasir. Saya berujar pelan, “Bu, masa mau motong antrian..? hormati orang lain yang sudah lebih awal ngantri dong…”(dengan nada datar- soalnya sedang shaum, padahal dalam hati dongkol bangeett…)

(Cerita Dua) Di ruang check-in bandara di kota tercinta. Saat itu saya sedang antri untuk mendapatkan boarding pass dan nomor bagasi. Tepat di belakang saya ada seorang bule yang dengan sabar ikut antri. Ketika giliran saya tiba dan petugas sedang melayani, tiba-tiba dari atas bahu kiri dan kanan saya (tanpa ada yang bilang permisi atau maaf)- susul menyusul bermunculan lengan berseliweran meletakkan tiket di meja petugas, minta dilayani duluan. Karena merasa tidak nyaman saya menoleh ke belakang, bule itu tersenyum ke arah saya, sementara tiketnya masih dipegangnya, dia tidak ikut-ikutan mereka yang meletakkan tiket di meja.

Setelah boarding pass saya sudah di tangan, tibalah giliran si bule.., petugas kebingungan memilih tiket yang berserakan di meja, diambilnya acak selembar tiket, bule itu berujar, ”No,no..., this one..”, ia menunjuk ke tiketnya. Petugas meletakkan tiket tadi dan mengambil tiket si bule. Ternyata penyerobotan untuk si bule belum berakhir, ketika beranjak ke meja petugas yang lain disampingnya untuk mengurus bagasi, lagi-lagi antriannnya diserobot seorang pria..., yang jika dilihat dari penampilannya adalah orang berpendidikan. Dengan santun si bule berujar ke pria itu, ”Excuse me..”, tapi si pria sepertinya tidak mendengar (atau pura-pura tidak dengar), maka si bule mengulang lagi, ”Excuse me sir...”, namun tetap tidak digubris, malahan petugas juga tidak peduli, tetap terus melayani pria tadi, sementara si bule kelihatan kecewa. Sambil berlalu saya sempat melihatnya mengeleng-gelengkan kepala sambil tetap berdiri mengantri, mungkin dalam hatinya ia berujar...,what a ”nice” manner, man !!!
Sebagai warga negara, saat itu saya merasa maluuu sekali...:(

Bukan hanya dua cerita itu saja yang membuat saya miris melihat anehnya kebiasaan menyerobot antrian di negri ini. Di ATM dan tempat-tempat pelayanan publik lainnya pun demikian. Di traffic light, penyerobotan antrian sudah menjadi pemandangan lazim, klakson bersahut-sahutan saat lampu kuning berganti ke hijau, apa mereka tidak menyadari, bukankah perlu waktu untuk menginjak pedal gas (untuk kendaraan matic) atau memindahkan tuas gear kendaraan sekitar 2-3 detik (untuk non-matic) ketika lampu telah hijau? Seolah-olah ada yag mengejar mereka dari belakang. Kemudian ditingkahi lagi dengan perilaku menyalip kendaraan lainnya, menyerobot jalur orang lain, hingga berkendara dengan arah yang salah pada jalur searah. Saya pernah membaca, bahwa prilaku berkendara sesungguhnya menunjukkan watak asli si pengendara.., duh !!!

Begitu susahkah mengantri? Sebenarnya tidak, kalau kita menyadari bahwa prilaku menyerobot antrian adalah MENZALIMI orang lain. ZALIM...? Ya...! Karena ada hak orang lain yang kita ambil ketika kita mendahuluinya. Bukankah perilaku antri dan menghargai hak-hak orang lain adalah juga bagian dari syariat Islam? Syariat Islam bukan hanya masalah pakaian dan makanan-minuman saja, tapi juga perilaku...! Mengapa justru di negara-negara yang mayoritas warganya non-muslim, mereka bisa mengantri dengan tertibnya?
Mari kita tegakkan syariah dengan berakhlak santun dan mulia.
So..,queue..., please..!

http://eramuslim.com/oase-iman/queue-please.htm





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Kedua

Berusahalah utk bersabar hingga datang saatnya untuk 'diselamatkan'...