Nikmat ALLAH manakah yang kamu dustakan...

Kejenuhan suasana kostan membuat diri merasa jenuh. Beberapa buah janji pun berharap terlunasi sebelum datangnya hari dimana diri tidak mampu lagi melunasi kewajiban yang sudah terucap oleh sepotong daging yang tak bertulang.

Sahabat masa kecil, janji yang teucap begitu lama sekali dan alhamdulillah akhirnya bisa dilunasi juga. Citeureup...tempat yang sama sekali belum pernah disinggahi, hanya pernah didengar dari sobat tempat ia berdomisili sekarang. Berbekal informasi yang didapat.Walaupun Cuaca yang panas diri akhirnya meluncur menuju tempat yang dituju. Kalau dihitung-hitung kira-kira 3 kali naik angkot dan 2 kali naik bis.

Lampu merah Poins(Pondok Indah Square), keindahan perempatan lampu merah dengan dikelilingi "pencakar" langit membuat diri bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan dalam bentuk yang "wah"

wah bagi siapa yang benar-benar terlena akan kemegahannya, tapi merupakan sebuah tanggung jawab bagi yang punya sisi lain untuk direnungkan.

Tapi di lain pihak, di sudut perempatan mungkin bagi masyarakat kota, hal ini merupakan hal yang sangat lazim untuk dilihat. Tapi bagi mereka yang baru menginjak ibukota, hal ini merupakan hal yang sangat mengenaskan. Di tengah belantara beton, terdapat beberapa golongan, mungkin menurut diri ada lebih dari ribuan golongan yang terpinggirkan. Mereka yang merupakan secara Undang-Undang adalah warga negara Indonesia merasa tidak mendapat apa yang menjadi hak mereka sebagai Warga negara. Penghidupan yang layak, Pendidikan yang memadai....

Sekarang....
seorang bocah....yang menurut diri bukan sepantasnya berada ditempat ini. Tempat yang sangat tidak cocok sekali bagi bocah yang menurut diri masih berumur 5 tahunan. Puji syukur diri panjatkan kehadirat Allah SWT, diri mendapat nikmat yang si bocah tersebut tidak mendapatkannya. Nikmat yang diri dapat memang tidak diri raih dengan hanya menggoyangkan tangan. Masa-masa berseragam merah putih, masa-masa harus ke sawah yang memang keseharian diri pada waktu kecil. Memang kondisi yang mengharuskan diri untuk seperti itu. Dilahirkan di pinggang gunung, lahir sebagai seorang anak desa. Kesehariannya hanya dilalui dengan permainan anak-anak desa, ke sawah, ke kali, main layangan, bola kaki. Merupakan nikmat yang diri peroleh, tentunya tak lepas dari dua orang yang sangat-sangat berjasa sekali....

Tapi lain sekarang dengan yang diri lihat pada siang hari ini. Di saat pesta pesta demokrasi yang merajai beberapa hari ini hingga Juli mendatang, tidak sedikit dana yang dihabiskan untuk menggelar pesta demokrasi. Ironis memang di saat kondisi masyarakat yang sedang menurun. Peserta lomba demokrasi dengan tenangnya menjor-jorkan jutaan bahkan miliaran rupiah...Alangkah beruntungnya si bocah jikalau sepersekian persen dana yang dikeluarkan oleh 'peserta lomba' di berikan padanya.

Sisi lain dari pesta demokrasi

Hmm....
Perempatan Poins
Jam 13.30 pada Sabtu(18/04/09)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Kedua

Berusahalah utk bersabar hingga datang saatnya untuk 'diselamatkan'...